Kamis, 19 Januari 2017

Perbaikan Display Menggunakan Pendekatan Ergonomi di Perusahaan Kontraktor

LAPORAN PENELITIAN
PERBAIKAN DISPLAY MENGGUNAKAN PENDEKATAN ERGONOMI DI PERUSAHAAN KONTRAKTOR


Disusun Oleh :
            Nama (NPM)                                      : Aziz Tabroni / 31414931
            Kelas                                                   : 3ID07
            Dosen                                                  : Syariffudin Nasution                           












JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
      Setiap manusia dalam menjalankan aktivitasnya pasti membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan tersebut didapat dari interaksi antara manusia yang satu dengan manusia lain dan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Interaksi antara manusia terjadi dengan cara berkomunikasi contohnya berdiskusi, namun manusia tidak bisa berkomunikasi dengan lingkungan. Contohnya manusia tidak bisa berkomunikasi dengan ruangan sehingga dibutuhkan suatu alat peraga yang bisa menyampaikan informasi tersebut kepada manusia. Suatu alat peraga yang dimaksud adalah display.Perbandingan kedua interaksi tersebut terdapat pada sistem komunikasi.
Dispaly yang dirancang berisikan pesan-pesan yang berkaitan dengan ergonomi, tetapi terkadang display tidak dirancang dengan aturan pembuatan display yang baik. Akibatnya informasi yang diberikan display sulit dimengerti oleh pembaca, oleh karena itu dibutuhkan rancangan display yang baik sehingga informasi dapat diterima dengan baik dan mudah dimengerti.

            Pada waktu sekarang ini banyak bentuk desain dari display yang tidak didasari oleh sesuatu pengetahuan yang cukup kompeten tentang nilai fungsinya. Namun jika dilihat dari fungsinya, display sangat berguna untuk memberika informasi kepada para pekerja untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja pada perusahaan. Pengadaan display menjadi salah satu cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja disuatu perusahaan.
            Display dapat menjadi acuan bagi para pekerja agar selalu lebih berhati-hati apabila terdapat tanda peringatan. Agar komunikasi ditempat kerja dapat berjalan dengan lancer, dengan demikian tampilan display harus dirangcang sebaik mungkin agar dapat menarik perhatian pekerja sehingga display berguna untuk menyampaikan informasi agar semua pekerja dapat berhati-hati untuk mencegah kecelakaan kerja didalam lingkungan perusahaan.
            Beberapa faktor misalnya kesalahan baca , kelambatan dalam menginterpresentasikan data atau informasi dan lain-lain tentunya dapat diminimumkan dengan mendesain alat peraga yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Display berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin dengan si pekerja tersebut. Bertindak sebagai  mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan perantara alat peraga. Sedangkan manusia disini berfungsi sebagai operator yang menjalankan mesin yang diharapkan dapat melakukan sesuatu yang diinginkan.
            Penelitian ini dilakukan untuk memberikan  usul dan rekomendasi display ergonomis, yang mengacu pada prinsip desain visual display, yaitu proximity, similarity dan continuity. Usulan dan rekomendasi display diberikan dalam bentuk desain untuk memperjelas penyampaian informasi kepada pekerja agar lebih memahami maksud dan tujuan display. Display rekomendasi merupakan hasil rancang ulang berdasarkan prinsip, proximity, similarity, symmetry dan continuity sehingga menghasilkan display yang dapat dipahami oleh pekerja.

1.2       Perumusan Masalah
            Perumusan masalah merupakan masalah yang akan dibahas pada laporan penelitian terhadap perbaikan display menggunakan pendekatan ergonomi.
            Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana merangcang sebuah display menggunakan pronsip-prinsip visual display yaitu, proximity, similarity, simetry dan continuity dengan tujuan display ini mudah dipahami dan dimengerti.

1.3       Pembatasan Masalah
            Pembatasan masalah merupakan batasan-batasan yang digunakan agar topik bahasan tidak keluar dari inti pembahasan. Berikut ini adalah pemabatasan masalah yang ada ialah tidak jauh dari display, ergonomi dan prinsip-prinsip visual display.

1.4       Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan merupakan hal-hal yang menjadi tujuan dalam penulisan Laporan Penelitian terhadap Perbaikan Display menggunakan Pendekatan Ergonomi. Tujuan dari laporan  ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui kekurangan dan kelebihan display yang sudah ada.
2.      Memperbaiki display yang tidak mengacu kepada prinsip-prinsip pembuatan visual display.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Sejarah Ergonomi
            Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factoratau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomi dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric(Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.

2.2       Pengertian Ergonomi
            Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Konsepnya adalah ilmu yang membahas tentang kelebihan dan keterbatsan manusia dan secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi tersebut sehingga menghasilkan lingkungan kerja yang baik. Didalam ergonomi terkandung makna penyerasian jenis pekerjaan dan lingkunga  kerja terhadap tenaga kerja atau sebaliknya. Hal ini terkait dengan penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis pekerjaanya serta diperlukan pemahaman tentang bagaimana  caranya memanfaatkan manusia sebagai tenaga kerja seoptimal mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ergonomi merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan mencari pemecahan peresoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses kerja. Dapat dikatakan pula ergonomi sebagai teknologi untuk mendesain / mengatur kerja, sedang ruang lingkup ilmu ergonomi meliputi sejumlah aplikasi beberapa ilmu lain yang saling mendukung, seperti ilmu anatomi, ilmu faal, ilmu psikologi, ilmu teknik dan sejumlah ilmu lain yang secara bersama-sama menempatkan faktor manusia sebagai fokus utama dalam rangkaian kerja yang terdapat dalam sistem kerja.
            Menurut Sutalaksana (2006), ergonomi dapat dikatakan pula sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merangcang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.

2.3.      Display
            Display adalah alat untuk memberikan suatu informasi kepada operator atau manusia dalam bekerja agar terciptanya suatu lingkungan yang dapat dimana suatu operator memahami suatu informasi dan dapat menyampaikannya dengan melihat dan dapat pula memperlancar kerjanya. Sehingga terwujud suatu informasi yang berkembang diperusahaan agar terciptanya suatu peraturan atau informasi dalam bentuk sebuah display. Menurut Sutalaksana (2006), yang dimaksud dengan display ini adalah lingkungan ynag berkomunikasi keadaanya kepada manusia.
Ciri-ciri display yang baik pada umumnya ialah :
1.      Dapat menyampaikan pesan.
2.      Bentuk dan gambar menarik menggambarkan kejadian.
3.      Menggunakan warna-warna mencolok dan perhatian.
4.      Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat atau dibaca.
5.      Menggunakan kalimat-kalimat pendek.
6.      Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7.      Realistis sesuai permasalahan.
8.      Tidak membosankan
      Penggunaan warna pada sebuah display adalah sebagai berikut :
·         Merah menunjukkan larangan
·         Biru menunjukkan petunjuk atau aturan
·         Kuning menunjukkan perhatian
            Menurut Bridger (1995), terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna dalam pembuatan display, diantaranya :
Kelebihan
Kekurangan
Tanda untuk data spesifik
Tidak bermanfaat bagi buta warna
Informasi lebih mudah diterima
Menyebabkan fatique
Mengurangi tingkat kesalahan
Membingunkan
Lebih natural
Menimbulkan reaksi yang salah
Memberi dimensi lain
Informal

            Menurut Nurmianto (1991) untuk membuat atau menentukan suatu display ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan display. Dibawah ini adalah kriteria dasar dalam pembuatan display, yaitu sebagai berikut:
1.      Pendeteksian
Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya. Pada visual display harus dapat dibaca, contohnya petunjuk umum penggunaan roda setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar, contohnya bel kebakaran.
2.      Pengenalan
Tahap pendeteksian selanjutnya pesan dari display tersebut harus bisa dibaca ataupun didengar oleh panca indera manusia.
3.      Pemahaman
Pembuatan display tidak cukup hanya memenuhi 2 kriteria diatas, display yang baik harus dapat dipahami dengan sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh display tersebut. Menurut Barrier pemahaman terhadap display dibagi menjadi 2 level yaitu:
a.       Kata-kata atau simbol yang digunakan dalam display mungkin terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna atau pekerja, contohnya “VELOCITY” dan “COOLANT” mungkin kurang bisa dipahami daripada “SPEED” dan “WATER”.
b.      Pemahaman mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna memiliki kesulitan dalam memahami kata-kata dasar.

2.3.1    Tipe-Tipe Display
            Berdasarkan tujuannya display terbagi menjadi dua bagian , yaitu :
1.      Display umum
Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya display tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, “Jagalah Kebersihan”.
2.      Display Khusus
Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan konstruksi), contohnya : “Awas Tegangan Tinggi”.
      Berdasarkan lingkungannya display terbagi dalam 2 macam yaitu :
1.      Display Statis
Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu, contohnya : peta (informasi yang menggambarkan suatu kota).
2.      Display Dinamis
Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dengan variabel, contohnya : jarum speedometer dan mikroskop.
      Berdasarkan informasi, display terbagi atas 3 macam yaitu :
1.      Display Kualitatif
Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu sistem, contohnya: informasi atau tanda On – Off pada generator, DINGIN, NORMAL dan PANAS pada pembacaan temperatur.
2.      Display Kuantitatif
Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa angka, nilai dari suatu variabel) dan biasanya disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk suatu visual display.
Analog Indikator : Posisi jarum penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang diwakilinya, analog indikator dapat ditambahkan dengan menggunakan informasi kualitatif (misal merah berarti berbahaya). Digital Indikator : Cocok untuk keperluan pencatatan dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious.
3.      Display Representatif, biasanya berupa sebuah “Working model” atau “mimic diagram” dari suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.

Berdasarkan panca indera display terbagi dalam 5 macam. Berikut adalah tipe-tipe display berdasarkan panca indera yaitu:
1.      Visual Display adalah display yang dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan yaitu mata.
2.      Auditory display adalah display yang dapat didengar dengan menggunakan indera pendengaran yaitu telinga.
3.      Tactual display adalah display yang dapat disentuh dengan menggunakan indera peraba yaitu kulit.
4.      Taste display adalah display yang dapat dirasakan dengan menggunakan indera pengecap yaitu lidah..
5.      Olfactory display adalah display yang dapat dicium dengan menggunakan indera penciuman yaitu hidung.
           
            Menurut Bridger (1995), prinsip-prinsip mendesain visual display ada 4 (empat), yaitu :
1.      Proximity
Jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan.
2.      Similarity
Menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersama-sama (dalam konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih dari 3 warna.
3.      Symetry
Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display artinya elemen-elemen dalam perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal. Antara tulisan dan gambar harus seimbang.
4.      Continuity
Menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan informasi kualitatif menjadi satu kesatuan yang utuh.
            Metode dalam pembuatan display ini mengacu pada  prinsip-prinsip dalam pembuatan visual display yaitu, proximity, similarity, simetry dan continuity dengan tujuan display ini mudah dipahami dan dimengerti.

2.3.2    Rumus-rumus Perhitungan dalam Membuat Display
Terdapat beberapa rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran dalam membuat display. Ukuran-ukuran tersebut antara lain tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut dibawah ini adalah rumus-rumus yang biasa diperlukan dalam perancangan suatu display:
1.      Tinggi huruf besar/angka dalam mm (H) =
2.      Tinggi huruf kecil (h) =
3.      Lebar huruf besar =
4.      Lebar huruf kecil (h) =
5.      Tebal huruf besar =
6.      Tebal huruf kecil =
7.      Jarak antara 2 huruf =
8.      Jarak antara dua angka =
9.      Jarak antara huruf dan angka =
10.  Jarak antara 2 kata =
11.  Jarak antara baris antar kalimat =

2.3.3    Perbandingan dari Beberapa Perangcangan Display      
            Selama bertahun-tahun telah dilakukan beberapa penelitian yang mengamati sejumlah display untuk dibandingkan satu dengan yang lainnya. Walaupun hasil pengamatan tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya untuk beberapa penggunaan display numerik adalah lebih baik daripada display analog, berskala dan berbentuk bundar, horizontal, dan vertikal. Jika beberapa kondisi berikut yang diinginkan (Nurmianto, 2003):
1.      Dibutuhkan nilai numerik yang presisi.
2.      Nilai yang ditunjukkan adalah cukup jelas untuk dibaca, tidak berubah secara kontinyu. Seperti misalnya pada studi yang dilakukan oleh Simons Galer dan Baines (1981).
            Mereka membandingkan beberapa digital spidometer yang dilengkapi tiga jarum petunjuk, alat peraganya dan sebuah alat peraga yang melengkung.Semua desain yang dipakai dijalan secara elektronik, dua dari jarum petunjuknya tersebut dan calvilinier.
            Walupun digital display mempunyai beberapa keunggulan untuk mendapatkan nilai numerik tertentu yang mempunyai kecenderungan telah lama untuk dapat dibaca. Analog display mempunyai keuntungan dari sudut lain misalnya, akan sangat menguntungkan jika nilai-nilainya sering berubah secara kontinyu yang akan mengesampingkan penggunaan dari digital display.
            Sebagai informasi tambahan bahwa analog display seperti yang telah disampaikan mempunyai suatu keuntungan yang positif untuk mengamati arah atau kecepatan. Dalam hal ini Heglin (1973) memberikan alternatif pertimbangan untuk pemilihan alat display analog sebagai berikut:
1.      Secara umum dipilih jarum penggerak dengan sekala tetap.
2.      Jika nilai dari variabel numerik lebih ditonjolkan seperti misalnya: lebih kurang atau atas bawah. Hal ini lebih mudah untuk diinterprestasikan dengan bantuan garis lurus atau skala termometer dengan jarum petunjuk bergerak.
3.      Tidak dicampur adukan berbagai macam pengunaan indikator sekala dan jarum petunjuknya, untuk menghindari kesalahan baca yang diakibatkan informasi yang bersifat antagonis.
4.      Agar dapat kontabilitas yang tinggi, maka arah gerakan dari kontrol atau pengendalian dan alat display harus jelas.
5.      Perubahan pengerakan variabel kuantitas adalah penting bagi pengamat. Lebih-lebih jika dengan menggunakan jarum petunjuk yang bergerak.
6.      Jika diinginkan nilai numerik, maka nilai sekala bergerak dapat dibaca lebih cepat, sekala yang dimaksud adalah lebih baik jika digital atau counter display.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Studi Kasus
            Perhatian dalam keselamatan kerja untuk para pekerja di dalam sebuah perusahaan terkadang masih rendah. Hal ini dapat menimbulkan kecelakaan kerja terhadap pekerja tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja salah satunya bisa disebabkan oleh kondisi kerja yang tidak ergonomis dan tidak adanya display di tempat kerja. Display sangat berpengaruh terhadap keselamatan kerja para pekerja didalam perusahaan. Seperti didalam perusahaan konstruksi yang melakukan perencanaan kegiatan kontruksi untuk membuat suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat. Dimana didalam perusahaan ini para pekerja dituntut untuk selalu memperhatikan diplay yang ada di tempat kerja, baik itu display petunjuk maupun display peringatan. Seperti petunjuk display untuk menggunakan mesin, petunjuk menggunakan alat pelindung diri atau peringatan terhadap potensi bahaya. Seperti petunjuk display penggunaan helm, di perusahaan terkadang petunjuk display ini tidak mengacu pada prinsip-prinsip pembuatan visual display, yaitu proximity, similarity, simetry dan continuity.
Gambar 1 Display Gunakan Helm

Bentuk gambar dari display petunuk diatas tidak memperjelas penyampaian informasi kepada pekerja karena dengan posisi gambar tampak depan tidak seperti menggunakan helm dan tidak menggunakan kalimat-kalimat untuk memperjelas display tersebut.

3.2       Hasil dan Pembahasan
            Dari gambar diatas, untuk memperbaiki kekurangan pada display gunakan helm yaitu dengan posisi bentuk gambar display tampak miring karena bentuk gambar akan terlihat lebih jelas sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami dan display perbaikan menggunakan kalimat-kalimat pendek untuk memperjelas informasi dari gambar tersebut. Berdasarkan display gambar gunakan helm (gambar 1) maka dapat diusulkan display gunakan helm (gambar 2) yang sudah mengacu kepada prinsip-prinsip pembuatan visual display berikut ini.
Gambar 2 Display Gunakan Helm

Gambar diatas menyatakan bahwa ciri-ciri display yang baik pada umumnya adalah display dapat menyampaikan pesan, display gunakan helm didesain dengan posisi gambar tampak samping sehingga gambar lebih menarik dan memberikan informasi.
            Display menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian, display gunakan helm gambar (2) menggunakan kalimat-kalimat pendek sehingga informasi display dapat dimengerti para pekerja didalam perusahaan. Display gunakan helm gambar (2) didesain untuk memperjelas penyampaian informasi kepada pekerja agar lebih memahami maksud dan tujuan display gunakan helm. Display gunakan helm gambar (2) mengacu kepada prinsip-prinsip dalam pembuatan visual display, yaitu proximity, similarity, simetry dan continuity dan menggunakan ciri-ciri display yang baik pada umumnya.







BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
            Display pada perusahaan kontruksi tersebut dapat dikatakan belum ergonomis dapat dilihat dari teori display yang sudah ada, karena display pada perusahaan kontruksi tersebut dalam pembuatan atau mendesain tidak mengacu kepada prinsip-prinsip dalam pembuatan visual display yaitu proximity, similarity, simetry dan continuity dan tidak termasuk pada ciri-ciri display yang baik pada umumnya. Sehingga informasi pada display tidak dapat menyampaikan pesan dengan baik kepada para pekerja diperusahaan tersebut.

4.2       Saran
            Saran diperlukan untuk memberikan sesuatu dengan tujuan  untuk menyempurnakan atau memperbaiki Laporan Penelitian  kedepannya. Berikut ialah saran yang diberikan dalam laporan penelitian diantaranya, peneliti harus lebih berhati-hati dalam menentukan metode yang akan digunakan. Peneliti harus memperhatikan segala prinsip atau aturan yang berlandaskan teori yang sudah ada.













DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Kedua, Guna Widya, Surabaya,             2004
Sutalaksana, Iftikar. Jurnal Ergonomi Tentang Poster K3 Efektif Bila di Rancang Baik.      Bandung: Institut Teknologi Bandung. 2000.
Dewi Hardining Tyas. “Pemilihan dan Perancangan Display dan Control”.
Hidayat. “Perbaikan Dsiplay Pada Perusahan Kontraktor Melalui Pendekatan Ergonomi”. 28        Februaru 2014.
Rian, Aditya. Display (Alat Peraga). 1 Juli 2015.      http://rianindustrial.blogspot.co.id/2014/07/display-alat-peraga.html
Rahmandtb. “Ergonomi”. 6 April 2010. http://rahmandtb.blogspot.co.id/2013/01/ergonomi.html
Noorce, Christiani. “Ergonomi Control dan Display”.           https://id.scribd.com/doc/47575132/Ergonomi-Control-dan-Display

Tidak ada komentar :

Posting Komentar