LAPORAN
PENELITIAN
PERBAIKAN DISPLAY MENGGUNAKAN PENDEKATAN ERGONOMI DI PERUSAHAAN KONTRAKTOR
PERBAIKAN DISPLAY MENGGUNAKAN PENDEKATAN ERGONOMI DI PERUSAHAAN KONTRAKTOR
Disusun
Oleh :
Nama (NPM) : Aziz Tabroni / 31414931
Kelas : 3ID07
JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia dalam menjalankan aktivitasnya
pasti membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan tersebut didapat dari
interaksi antara manusia yang satu dengan manusia lain dan interaksi antara
manusia dengan lingkungan. Interaksi antara
manusia terjadi dengan
cara berkomunikasi contohnya berdiskusi, namun manusia tidak bisa
berkomunikasi dengan lingkungan. Contohnya manusia tidak
bisa berkomunikasi dengan ruangan sehingga
dibutuhkan suatu alat peraga yang bisa menyampaikan
informasi tersebut kepada manusia. Suatu alat
peraga yang dimaksud adalah display.Perbandingan kedua interaksi tersebut terdapat
pada sistem komunikasi.
Dispaly yang dirancang berisikan pesan-pesan yang berkaitan dengan
ergonomi, tetapi terkadang display tidak
dirancang dengan aturan pembuatan display yang
baik. Akibatnya informasi yang diberikan display sulit dimengerti oleh pembaca, oleh karena
itu dibutuhkan rancangan display yang
baik sehingga informasi dapat diterima dengan baik dan mudah dimengerti.
Pada
waktu sekarang ini banyak bentuk desain dari display yang tidak didasari oleh
sesuatu pengetahuan yang cukup kompeten tentang nilai fungsinya. Namun jika
dilihat dari fungsinya, display sangat berguna untuk memberika informasi kepada
para pekerja untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja pada perusahaan.
Pengadaan display menjadi salah satu cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja
disuatu perusahaan.
Display
dapat menjadi acuan bagi para pekerja agar selalu lebih berhati-hati apabila
terdapat tanda peringatan. Agar komunikasi ditempat kerja dapat berjalan dengan
lancer, dengan demikian tampilan display harus dirangcang sebaik mungkin agar
dapat menarik perhatian pekerja sehingga display berguna untuk menyampaikan
informasi agar semua pekerja dapat berhati-hati untuk mencegah kecelakaan kerja
didalam lingkungan perusahaan.
Beberapa
faktor misalnya kesalahan baca , kelambatan dalam menginterpresentasikan data
atau informasi dan lain-lain tentunya dapat diminimumkan dengan mendesain alat
peraga yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Display berfungsi sebagai
suatu sistem komunikasi yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin
dengan si pekerja tersebut. Bertindak sebagai
mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan perantara alat peraga.
Sedangkan manusia disini berfungsi sebagai operator yang menjalankan mesin yang
diharapkan dapat melakukan sesuatu yang diinginkan.
Penelitian
ini dilakukan untuk memberikan usul dan
rekomendasi display ergonomis, yang mengacu pada prinsip desain visual display,
yaitu proximity, similarity dan continuity. Usulan dan rekomendasi display
diberikan dalam bentuk desain untuk memperjelas penyampaian informasi kepada
pekerja agar lebih memahami maksud dan tujuan display. Display rekomendasi
merupakan hasil rancang ulang berdasarkan prinsip, proximity, similarity,
symmetry dan continuity sehingga menghasilkan display yang dapat dipahami oleh
pekerja.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan
masalah merupakan masalah yang akan dibahas pada laporan penelitian terhadap
perbaikan display menggunakan pendekatan ergonomi.
Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana merangcang
sebuah display menggunakan pronsip-prinsip visual display yaitu, proximity, similarity, simetry dan continuity dengan tujuan display ini
mudah dipahami dan dimengerti.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan
masalah merupakan batasan-batasan yang digunakan agar topik bahasan tidak
keluar dari inti pembahasan. Berikut ini adalah pemabatasan masalah yang ada
ialah tidak jauh dari display, ergonomi
dan prinsip-prinsip visual display.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
merupakan hal-hal yang menjadi tujuan dalam penulisan Laporan Penelitian
terhadap Perbaikan Display menggunakan Pendekatan Ergonomi. Tujuan dari
laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
kekurangan dan kelebihan display yang sudah ada.
2. Memperbaiki
display yang tidak mengacu kepada prinsip-prinsip pembuatan visual display.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Sejarah Ergonomi
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun
1949 sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi
digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human
factoratau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomi
dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua
kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia.
Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat
digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi
bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu.
Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda
sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya,
sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan
penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak
terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi
modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an)
dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan
gerakan. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern
Electric(Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang
selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan
menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi
semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa
penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk
bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan
senjata perang.
2.2 Pengertian Ergonomi
Ergonomi
adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal
mungkin. Konsepnya adalah ilmu yang membahas tentang kelebihan dan keterbatsan
manusia dan secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi tersebut
sehingga menghasilkan lingkungan kerja yang baik. Didalam ergonomi terkandung
makna penyerasian jenis pekerjaan dan lingkunga
kerja terhadap tenaga kerja atau sebaliknya. Hal ini terkait dengan
penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis pekerjaanya
serta diperlukan pemahaman tentang bagaimana
caranya memanfaatkan manusia sebagai tenaga kerja seoptimal mungkin. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ergonomi merupakan ilmu terapan yang mempelajari
dan mencari pemecahan peresoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses
kerja. Dapat dikatakan pula ergonomi sebagai teknologi untuk mendesain / mengatur
kerja, sedang ruang lingkup ilmu ergonomi meliputi sejumlah aplikasi beberapa
ilmu lain yang saling mendukung, seperti ilmu anatomi, ilmu faal, ilmu
psikologi, ilmu teknik dan sejumlah ilmu lain yang secara bersama-sama
menempatkan faktor manusia sebagai fokus utama dalam rangkaian kerja yang
terdapat dalam sistem kerja.
Menurut
Sutalaksana (2006), ergonomi dapat dikatakan pula sebagai suatu cabang ilmu
yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merangcang suatu sistem kerja sehingga
orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai
tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.
2.3. Display
Display
adalah alat untuk memberikan suatu informasi kepada operator atau manusia dalam
bekerja agar terciptanya suatu lingkungan yang dapat dimana suatu operator
memahami suatu informasi dan dapat menyampaikannya dengan melihat dan dapat
pula memperlancar kerjanya. Sehingga terwujud suatu informasi yang berkembang
diperusahaan agar terciptanya suatu peraturan atau informasi dalam bentuk
sebuah display. Menurut Sutalaksana (2006), yang dimaksud dengan display ini
adalah lingkungan ynag berkomunikasi keadaanya kepada manusia.
Ciri-ciri display yang baik pada umumnya
ialah :
1. Dapat
menyampaikan pesan.
2. Bentuk
dan gambar menarik menggambarkan kejadian.
3. Menggunakan
warna-warna mencolok dan perhatian.
4. Proporsi
gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat atau dibaca.
5. Menggunakan
kalimat-kalimat pendek.
6. Menggunakan
huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7. Realistis
sesuai permasalahan.
8. Tidak
membosankan
Penggunaan
warna pada sebuah display adalah sebagai berikut :
·
Merah menunjukkan larangan
·
Biru menunjukkan petunjuk atau aturan
·
Kuning menunjukkan perhatian
Menurut
Bridger (1995), terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan
warna dalam pembuatan display, diantaranya :
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Tanda untuk data spesifik
|
Tidak bermanfaat bagi buta warna
|
Informasi lebih mudah diterima
|
Menyebabkan fatique
|
Mengurangi tingkat kesalahan
|
Membingunkan
|
Lebih natural
|
Menimbulkan reaksi yang salah
|
Memberi dimensi lain
|
Informal
|
Menurut Nurmianto (1991) untuk membuat atau
menentukan suatu display ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan display. Dibawah ini adalah kriteria dasar dalam pembuatan display,
yaitu sebagai berikut:
1.
Pendeteksian
Kemampuan dasar dari display untuk dapat
diketahui keberadaannya atau fungsinya. Pada visual display harus dapat
dibaca, contohnya petunjuk umum penggunaan roda setir pada mobil dan untuk auditory
display harus bisa didengar, contohnya bel kebakaran.
2.
Pengenalan
Tahap pendeteksian selanjutnya pesan dari display tersebut harus
bisa dibaca ataupun didengar oleh panca indera manusia.
3.
Pemahaman
Pembuatan display tidak cukup hanya memenuhi
2 kriteria diatas, display yang baik harus dapat dipahami dengan sebaik
mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh display tersebut.
Menurut Barrier pemahaman terhadap display dibagi menjadi 2 level yaitu:
a.
Kata-kata
atau simbol yang digunakan dalam display mungkin terlalu sulit untuk dipahami
oleh pengguna atau pekerja, contohnya “VELOCITY” dan “COOLANT”
mungkin kurang bisa dipahami daripada “SPEED” dan “WATER”.
b.
Pemahaman
mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna memiliki kesulitan dalam memahami
kata-kata dasar.
2.3.1 Tipe-Tipe Display
Berdasarkan
tujuannya display terbagi menjadi dua bagian , yaitu :
1. Display
umum
Diantaranya mengenai aturan
kepentingan umum, contohnya display tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan,
“Jagalah Kebersihan”.
2. Display
Khusus
Diantaranya mengenai aturan
keselamatan kerja khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan konstruksi),
contohnya : “Awas Tegangan Tinggi”.
Berdasarkan
lingkungannya display terbagi dalam 2 macam yaitu :
1. Display
Statis
Display yang memberikan informasi
sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu, contohnya : peta (informasi yang
menggambarkan suatu kota).
2. Display
Dinamis
Display yang menggambarkan perubahan
menurut waktu dengan variabel, contohnya : jarum speedometer dan mikroskop.
Berdasarkan
informasi, display terbagi atas 3 macam yaitu :
1. Display
Kualitatif
Display yang merupakan
penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik, dan untuk
menunjukkan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu sistem, contohnya:
informasi atau tanda On – Off pada generator, DINGIN, NORMAL dan PANAS pada
pembacaan temperatur.
2. Display
Kuantitatif
Display yang memperlihatkan
informasi numerik, (berupa angka, nilai dari suatu variabel) dan biasanya
disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk suatu visual display.
Analog Indikator : Posisi jarum
penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang diwakilinya, analog
indikator dapat ditambahkan dengan menggunakan informasi kualitatif (misal
merah berarti berbahaya). Digital Indikator : Cocok untuk keperluan pencatatan
dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious.
3. Display
Representatif, biasanya berupa sebuah “Working model” atau “mimic diagram” dari
suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.
Berdasarkan panca indera display terbagi
dalam 5 macam. Berikut adalah tipe-tipe display berdasarkan panca indera
yaitu:
1.
Visual Display
adalah display yang dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan
yaitu mata.
2.
Auditory display adalah display yang dapat didengar dengan
menggunakan indera pendengaran yaitu telinga.
3.
Tactual display adalah display yang dapat disentuh dengan
menggunakan indera peraba yaitu kulit.
4.
Taste display adalah display yang dapat dirasakan dengan
menggunakan indera pengecap yaitu lidah..
5.
Olfactory display adalah display yang dapat dicium dengan
menggunakan indera penciuman yaitu hidung.
Menurut
Bridger (1995), prinsip-prinsip mendesain visual display ada 4 (empat), yaitu :
1. Proximity
Jarak terhadap susunan display yang
disusun secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan
atau pernyataan.
2. Similarity
Menyatakan bahwa item-item yang
sama akan dikelompokkan bersama-sama (dalam konsep warna, bentuk dan ukuran)
bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih dari 3 warna.
3. Symetry
Menjelaskan perancangan untuk
memaksimalkan display artinya elemen-elemen dalam perancangan display akan
lebih baik dalam bentuk simetrikal. Antara tulisan dan gambar harus seimbang.
4. Continuity
Menjelaskan sistem perseptual
mengekstrakan informasi kualitatif menjadi satu kesatuan yang utuh.
Metode dalam pembuatan display ini
mengacu pada prinsip-prinsip dalam
pembuatan visual display yaitu, proximity,
similarity, simetry dan continuity dengan
tujuan display ini mudah dipahami dan dimengerti.
2.3.2 Rumus-rumus Perhitungan dalam Membuat
Display
Terdapat beberapa rumus yang diperlukan untuk
menghitung ukuran-ukuran dalam membuat display.
Ukuran-ukuran tersebut antara lain tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan
beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut dibawah ini adalah rumus-rumus yang
biasa diperlukan dalam perancangan suatu display:
1. Tinggi
huruf besar/angka dalam mm (H) =
2. Tinggi
huruf kecil (h) =
3. Lebar
huruf besar =
4.
Lebar huruf kecil (h) =
5. Tebal
huruf besar =
6. Tebal
huruf kecil =
7.
Jarak antara 2 huruf =
8. Jarak
antara dua angka =
9. Jarak
antara huruf dan angka =
10. Jarak
antara 2 kata =
11. Jarak
antara baris antar kalimat =
2.3.3 Perbandingan dari
Beberapa Perangcangan Display
Selama
bertahun-tahun telah dilakukan beberapa penelitian yang mengamati sejumlah display
untuk dibandingkan satu dengan yang lainnya. Walaupun hasil pengamatan
tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya untuk
beberapa penggunaan display numerik adalah lebih baik daripada display
analog, berskala dan berbentuk bundar, horizontal, dan vertikal. Jika
beberapa kondisi berikut yang diinginkan (Nurmianto, 2003):
1. Dibutuhkan
nilai numerik yang presisi.
2. Nilai
yang ditunjukkan adalah cukup jelas untuk dibaca, tidak berubah secara
kontinyu. Seperti misalnya pada studi yang dilakukan oleh Simons Galer dan
Baines (1981).
Mereka membandingkan beberapa
digital spidometer yang dilengkapi tiga jarum petunjuk, alat peraganya dan
sebuah alat peraga yang melengkung.Semua desain yang dipakai dijalan secara
elektronik, dua dari jarum petunjuknya tersebut dan calvilinier.
Walupun digital display mempunyai beberapa keunggulan
untuk mendapatkan nilai numerik tertentu yang mempunyai kecenderungan telah lama
untuk dapat dibaca. Analog display mempunyai
keuntungan dari sudut lain misalnya, akan sangat menguntungkan jika
nilai-nilainya sering berubah secara kontinyu yang akan mengesampingkan
penggunaan dari digital display.
Sebagai informasi tambahan bahwa analog display seperti yang telah
disampaikan mempunyai suatu keuntungan yang positif untuk mengamati arah atau
kecepatan. Dalam hal ini Heglin (1973) memberikan alternatif pertimbangan untuk
pemilihan alat display analog sebagai
berikut:
1. Secara
umum dipilih jarum penggerak dengan sekala tetap.
2. Jika
nilai dari variabel numerik lebih ditonjolkan seperti misalnya: lebih kurang
atau atas bawah. Hal ini lebih mudah untuk diinterprestasikan dengan bantuan
garis lurus atau skala termometer dengan jarum petunjuk bergerak.
3. Tidak
dicampur adukan berbagai macam pengunaan indikator sekala dan jarum
petunjuknya, untuk menghindari kesalahan baca yang diakibatkan informasi yang
bersifat antagonis.
4. Agar
dapat kontabilitas yang tinggi, maka arah gerakan dari kontrol atau pengendalian
dan alat display harus jelas.
5. Perubahan
pengerakan variabel kuantitas adalah penting bagi pengamat. Lebih-lebih jika
dengan menggunakan jarum petunjuk yang bergerak.
6. Jika
diinginkan nilai numerik, maka nilai sekala bergerak dapat dibaca lebih cepat,
sekala yang dimaksud adalah lebih baik jika digital atau counter display.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Perhatian dalam keselamatan kerja
untuk para pekerja di dalam sebuah perusahaan terkadang masih rendah. Hal ini
dapat menimbulkan kecelakaan kerja terhadap pekerja tersebut. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecelakaan kerja salah satunya bisa disebabkan oleh kondisi
kerja yang tidak ergonomis dan tidak adanya display di tempat kerja. Display
sangat berpengaruh terhadap keselamatan kerja para pekerja didalam perusahaan.
Seperti didalam perusahaan konstruksi yang melakukan perencanaan kegiatan
kontruksi untuk membuat suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam
pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan
dan keselamatan masyarakat. Dimana didalam perusahaan ini para pekerja dituntut
untuk selalu memperhatikan diplay yang ada di tempat kerja, baik itu display
petunjuk maupun display peringatan. Seperti petunjuk display untuk menggunakan
mesin, petunjuk menggunakan alat pelindung diri atau peringatan terhadap
potensi bahaya. Seperti petunjuk display penggunaan helm, di perusahaan
terkadang petunjuk display ini tidak mengacu pada prinsip-prinsip pembuatan
visual display, yaitu proximity,
similarity, simetry dan continuity.
Gambar 1 Display
Gunakan Helm
Bentuk gambar
dari display petunuk diatas tidak memperjelas penyampaian informasi kepada
pekerja karena dengan posisi gambar tampak depan tidak seperti menggunakan helm
dan tidak menggunakan kalimat-kalimat untuk memperjelas display tersebut.
3.2 Hasil dan Pembahasan
Dari gambar
diatas, untuk memperbaiki kekurangan pada display gunakan helm yaitu dengan
posisi bentuk gambar display tampak miring karena bentuk gambar akan terlihat
lebih jelas sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami dan display
perbaikan menggunakan kalimat-kalimat pendek untuk memperjelas informasi dari
gambar tersebut. Berdasarkan display gambar gunakan helm (gambar 1) maka dapat
diusulkan display gunakan helm (gambar 2) yang sudah mengacu kepada
prinsip-prinsip pembuatan visual display berikut ini.
Gambar diatas
menyatakan bahwa ciri-ciri display yang baik pada umumnya adalah display dapat
menyampaikan pesan, display gunakan helm didesain dengan posisi gambar tampak
samping sehingga gambar lebih menarik dan memberikan informasi.
Display menggunakan warna-warna
mencolok dan menarik perhatian, display gunakan helm gambar (2) menggunakan
kalimat-kalimat pendek sehingga informasi display dapat dimengerti para pekerja
didalam perusahaan. Display gunakan helm gambar (2) didesain untuk memperjelas
penyampaian informasi kepada pekerja agar lebih memahami maksud dan tujuan
display gunakan helm. Display gunakan helm gambar (2) mengacu kepada
prinsip-prinsip dalam pembuatan visual display, yaitu proximity, similarity, simetry dan continuity dan menggunakan ciri-ciri display yang baik pada
umumnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Display pada
perusahaan kontruksi tersebut dapat dikatakan belum ergonomis dapat dilihat
dari teori display yang sudah ada, karena display pada perusahaan kontruksi
tersebut dalam pembuatan atau mendesain tidak mengacu kepada prinsip-prinsip
dalam pembuatan visual display yaitu
proximity, similarity, simetry dan
continuity dan tidak termasuk pada ciri-ciri display yang baik pada
umumnya. Sehingga informasi pada display tidak dapat menyampaikan pesan dengan
baik kepada para pekerja diperusahaan tersebut.
4.2 Saran
Saran diperlukan
untuk memberikan sesuatu dengan tujuan
untuk menyempurnakan atau memperbaiki Laporan Penelitian kedepannya. Berikut ialah saran yang
diberikan dalam laporan penelitian diantaranya, peneliti harus lebih
berhati-hati dalam menentukan metode yang akan digunakan. Peneliti harus
memperhatikan segala prinsip atau aturan yang berlandaskan teori yang sudah
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi
Kedua, Guna Widya, Surabaya, 2004
Sutalaksana,
Iftikar. Jurnal Ergonomi Tentang Poster
K3 Efektif Bila di Rancang Baik. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 2000.
Dewi Hardining
Tyas. “Pemilihan dan Perancangan Display dan Control”.
Hidayat.
“Perbaikan Dsiplay Pada Perusahan Kontraktor Melalui Pendekatan Ergonomi”. 28 Februaru 2014.
Rian, Aditya.
Display (Alat Peraga). 1 Juli 2015. http://rianindustrial.blogspot.co.id/2014/07/display-alat-peraga.html
Noorce, Christiani.
“Ergonomi Control dan Display”. https://id.scribd.com/doc/47575132/Ergonomi-Control-dan-Display
Tidak ada komentar :
Posting Komentar